Selasa, 14 April 2009

Pijat, yuck…. Pijat..! [..lho, koq (BISA) sembuh?]

ADA yang nyata asing di benak, saat suatu pagi Ibu R.Danuwihardja, sang Induk Semang Pavillium-ku di Karangwaru Lor Yogyakarta menawarkan PIJAT pada-ku, tanggapi keluhan pegal sekujur raga yang sedang mendera diri usai paksakan raga patuh ber”jibaku” sebagai anggota baru Peleton Inti SMA Negeri 4 Yogyakarta, awal 1986 silam.

..seraya sang diri ini masih ternganga tiada paham, sang Ibu bergegas cincingkan kebaya, mengambil botol berisi larutan (entah apa) dari almari kamar Beliau.. dekati aku.. instruksikan aku segera rebahkan raga di kasur…. dan mulailah jemari sang Ibu mengurut sekujur raga-ku yang sedang kurasa berkeluh terlampau letih.

[ Auw..! Yea.. Auww........!! ..ternyata sakit juga. Linu.. Pegal.. sesekali terasa menyengat. Wah..Wah.. Pengalaman pertama. "..nggih, mBaq.. Dereng nate? Ra'papa. Mangke ndang cepet dangan" ( : iya, mBaq.. Belum pernah? ..tidak papa. Nanti akan cepat pulih).. sang Ibu berujar spontan tanggapi shock-nya diri ini. Yah, pilih manut saja. Spontan, mekanisme "menerima" segera sang diri ini "on"-kan. ]

.. usai menganggap pijatannya telah cukup, sang Ibu lumeri kembali sekujur raga ini dengan larutan asing dari botol kusam itu. Lalu instruksikan diri ini lelapkan raga & sukma, segera. ……………………………………………. dan, terlelaplah diri ini…hingga pagi menjelang.

Ajaib..! Ke mana pergi sang pegal linu di raga kemarin? Ach….baru tersadar. Bergegas temui sang Ibu, di dapur..: “Ibu, ‘makasih.. Irien ‘dah SEMBUH, sekarang.” Sang Ibu mengangguk, sambil tersenyum penuh makna. Menyejukkan. Indah.

Meski setelahnya (lalu) aktivitas PIJAT hampir tidak pernah lagi kuupayakan, setidaknya di batas itu aku paham, keluhan pegal linu akibat terlampau letihnya raga dapat di-manage, ber-ending pulih, dengan tindakan PIJAT.

7 tahun berselang, sang raga ini diberkahi jatuh berguling-guling di atas jalan beraspal di pertigaan jalan besar yang diapit oleh Kantor Pusat TELKOM DIY, SMA 3 B, dan Lapangan Kridosono Yogyakarta, di suatu pagi yang cerah, usai diri ini bersujud rutin dalam Misa Pagi Gereja Sint Antonius Kotabaru.. jelang masa ujian semester. Sebuah motor besar tipe RZ-R yang ditunggangi seorang Lelaki muda tiba-tiba melesat mendahului, menikung tajam ke kiri, menabrak langsung motor tunggangan diri ini, sekejap ciptakan drama di tengah keramaian lalu lintas pagi itu. Sisakan trauma, di diri ini.

Singkat cerita.. untuk yang kedua kalinya, diri ini pun (terpaksa) relakan raga ini di-”sentuh menyakitkan” secara rutin, dipijat oleh Dr.Ari, Sejawat alumni FKU UGM, yang juga menerapkan Terapi Pijat, dalam me-manage apa yang kuderita, paska menjadi lakon utama drama pagi hari itu. ..dan akhirnya: SEMBUH.

PIJAT bukan hal asing bagi kebanyakan insan di area Nusantara. Termasuk di sebagian besar wilayah yang terkategori Timur. Bahkan, ada yang telah mengkategorikannya sebagai Kebutuhan rutin. Sekali telat pijat, rasanya: wah..!! Kemeng kabeh!! ..Segala impuls simptom rasa letih mulai kembali mendera raga. Bisnis di lingkup Pijat [ baca: khusus terkategori Pijat murni, bukan "pijat plus (?)" ] pun marak dikembangkan. Fakta: hampir semua Mal besar di Jakarta dan Kota besar lainnya memiliki tempat Pijat. Di sepanjang jalan pun berjejer beragam tempat Pijat.

Meski demikian, andai pun telah menikmati manfaatnya, tidak banyak yang sungguh paham mekanisme bisa sembuh-nya, secara Ilmiah. Sekedar menjelaskannya sebagai “..dapat melancarkan peredaran darah” saja belumlah tuntas & dapat lengkap dipahami secara menyeluruh. Mengingat dalam kejadian pegal linu umum dijumpai kondisi “mrengkel”/mengeras-nya area otot yang (terasakan) ternyeri….dan banyak fakta lain. Mengapa?

[..sang Ilmu Kedokteran Barat belum dapat tuntas menjelaskan detailnya.]

Kali ini, saya bermaksud men-sharing-kannya, dari sudut pandang Akupunktur berdata, be-riset, Ilmiah. Just share!

[ ..terimakasih, Sahabat.. telah relakan diri menyimak pemaparan saya, kali ini. ]

Seperti yang sudah saya paparkan sebelum ini, di sekujur raga terdapat sangat banyak titik Akupunktur, yang terjalin teratur baik membujur melintang hubungkan permukaan terluar raga dengan Organ, Organ ke Organ, Organ ke Jaringan Penunjang-nya, atau antar Jaringan Penunjang di MERIDIAN-nya.. mau pun titik-titik Akupunktur yang terletak teratur di luar Meridian dimaksud.

S.R. Hameroff dalam buku “Bio-Holo-graphy and Acupuncture “-nya ..(melalui penelitian menggunakan Mikroskop Elektron dalam menyelidiki susunan Jaringan Tubuh dengan cara Bio-Holo-Graphy), menemukan susunan khas pada setiap jaringan tertentu (yang oleh bidang Akupunktur disebut Titik Meridian), yang disebutnya Micro Tubuli. Susunan ini pun ditemukannya di dalam sel. Wujud Micro Tubuli inilah yang disebut Titik Akupunktur, baik dalam Meridian, mau pun di luarnya. Susunan yang mengalirkan Energi Qi ke seluruh area raga.

Di batas fakta ini, jelaslah mengapa saat sedang didera rasa pegel linu di raga, pada detik penekanan/pemijatan di titik tertentu terasakan oleh sang Pemijat (baca: khusus para Pemijat yang peka).. adanya area kecil ber”magnet” kuat di raga sang Penderita, yang terasakan sangat sakit tekan bagi sang Penderita..pada derajat linu & nyeri tertinggi, dibanding rasa tekan pada area titik terdekat di sekitar sang titik. Titik ini lah: sang Titik Akupunktur dimaksud. Dalam kondisi tertentu, rasa sakit yang terjadi pada pemijatan Titik Akupunktur dimaksud dapat terasakan pula sensasi “menjalar” ke arah tertentu, oleh sang Penderita. Arah jalaran sensasi rasa dimaksud mengikuti arah Meridian sang Titik Akupunktur.

Kellner membuktikan, bahwa Titik Akupunktur memiliki tahanan listrik yang lebih rendah dari sekitarnya. Yang lalu diperkuat oleh hasil penelitian Maresh, yang mengungkapkan bahwa Titik Akupunktur juga memiliki muatan listrik yang ber-potensial lebih tinggi dibanding area sekitarnya, khususnya pada setiap Titik Yuan & Shu-Belakang yang “Low Resistance-Hight Voltage ” .

Di batas ini, menjelaskan mengapa pada pemijatan di titik keluhan tertentu sang Pemijat dapat mendeteksi rasa “tersetrum”. Ini hanya dapat dirasakan oleh para Pemijat yang peka terhadap Energi listrik.

Matsumoto & Hayes berhasil membuktikan terdapatnya hubungan fungsional antara muatan listrik yang terdapat pada semua Titik Akupunktur dengan Organ bersangkutan. Wooley Heart pun melaporkan adanya perubahan muatan listrik di Titik Akupunktur yang bertalian dengan perubahan Organ Dalam bersangkutan. Pulihnya (baca: kembali normalnya sistema) Organ Dalam pun otomatis mengembalikan kondisi muatan listrik pada Titik Akupunktur dimaksud.

Dibuktikan pula, bahwa semua Titik Akupunktur merupakan area yang mengandung banyak Serabut Syaraf, melebihi area sekitarnya. Pembuktian ini menjelaskan, mengapa derajat sensasi rasa ter-sakit akan dialami setiap diri, pada pemijatan titik tertentu saja, melampaui pemijatan area terdekat sekitar sang titik.

Titik Akupunktur-pun erat hubungannya dengan Syaraf Otonom. Hudeyi Fuji menunjukkannya, bahwa perubahan Hematologik & Biologik yang timbul paska tindakan Akupunktur akan lenyap bila dilakukan tindakan reseksi Ganglion Paravertebralis, ketika dalam tindakan reseksi tersebut persyarafan otonom pada area kulit (tempat Titik Akupunktur dimaksud berada) tidak lagi bekerja.

Terapi Pijat merupakan salah satu bentuk variasi Akupunktur. Karenanya, hendaklah ia mengikuti kaidah & prosedur tindakan Akupunktur yang baku. Melakukannya berdasar kepekaan terlatih & pengalaman dapat lebih diterima, dibanding melakukannya berdasar hal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Yang karenanya, bila masih awam tetapi membutuhkan Terapi Pijat, hendaknya memilih sang Pemijat yang kredibel & berpengalaman. Kejadian lumpuh permanennya sang Bayi paska pemijatan rutin “serampangan” sang dukun bayi di dusun Blembem, Yogyakarta beberapa tahun silam hendaklah tidak pernah terulang kembali.

Diambil dari : http://public.kompasiana.com/2009/01/28/pijat-yuck-pijat-lho-koq-bisa-sembuh/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar