Selasa, 14 April 2009

Macam-macam Pijatan Dalam Hidup Saya

Saya tak ingat kapan kali pertama saya berkenalan dengan pijatan, yang jelas Ibu saya yang telah menanti saya selama tiga tahun, berhasil mendapatkan saya (selain karena setitik “nila” dari bapak saya) juga karena pijatan seorang dukun pijat yang super mujarab. Sayangnya, si tukang pijat meninggal sebelum Ibu saya sempat mengucapkan terimakasih.

Saat anak-anak, saya tidak pernah lepas dari pijatan. Ibu saya selalu memijat kaki saya setiap malam. Ada benernya sih, anak-anak lelah abis berlarian, biar lemes kakinya. Hayo para ibu-ibu, rajin-rajinlah memijat kaki anak anda. *yang ada guwe ditimpukin para ibu yang gak punya asisten di rumah*

Tukang pijat ketiga yang saya kenal adalah seorang bapak-bapak tua. Perkenalan tidak sengaja, karena punggung saya yang error (entah apa yang kejepit, yang jelas sejak itu saya tidak bisa berjalan dengan nyaman, tenang dan damai). Waktu itu saya kelas tiga smp dan walaupun sudah bersarung dan merelakan titik-titik di sekitar selangkangan dipijit, tetep saya tidak bisa jalan dengan nyaman.

Tukang pijet lain adalah seorang nenek-nenek ajaib, yang nggak hanya memijit tapi juga menyemburkan “ramuan herbal” yang dikunyah dulu di mulutnya. Sumpah itu adalah pengalaman pijat paling menjijikkan. *disamping nenek-nenek bawel di kuta yang nawarin mr. boyfriend pijat di siang hari sambil menyindir saya yang mijat di malam hari. Helo……daripada guwe mijet mr.boyfriend, mending dia yang mijat saya kale…*

Yang paling top dan tak terkalahkan hingga saat ini adalah Mak Ju, nenek2 dukun pijat tiban *dapat ilmu pijatnya secara gaib, tiba-tiba aja bisa*. Si Emak sudah sukses menyembuhkan banyak orang yang kena stroke dan lumpuh, sukses menyembuhkan saya (dengan bantuan tusuk jarum juga) dan menyembuhkan tangan ibu saya yang sempat tak bisa dilipat. Tapi, si Emak juga sukses membuat tetangga saya, yang tidak biasa dipijat, kapok pijat. Si tetangga penasaran dengan saya yang doyan pijat dan mencoba, ternyata dia hanya tahan lima menit saja, sakit katanya.

Dalam sehari, si Emak bisa memijat lebih dari lima orang lho, dan penghasilannya, cukuplah. Setidaknya cukup untuk membiayainya naik haji pada musim haji yang akan datang. Semoga si Emak selamat dan bisa terus memijat saya jika saya pulang.

Oh ya, di Aceh saya pernah mengalami kesakitan di leher, nggak bisa noleh. Akhirnya di bawa ke tukang pijit. Di satu tempat pijit, ternyata tidak tersedia tukang pijit perempuan. Ah..dasar saya, sudah sakit, ya berujar saja “Sudah, sama tukang pijit laki-laki juga gak papa” Daripada sakit, lagian buta juga, apa sih yang mau dilihat. Alhasil teman saya, si Dawan berkata “Heh..ini Aceh Bung!” Hahahaha lupa, kalau daerah syariah Islam. Haram bow dipijat laki.

Pijat di Jakarta

Berbeda dengan di Aceh, di Jakarta tukang pijatnya aneh-aneh. Dari pijat refleksi yang tempatnya gelap-gelapan, sampai berasa di rumah hantu Dufan sampai pemijat pemburu penis dan dollar.

Coba buka iklan di The Jakarta Post pada weekend, banyak iklan bertebaran pijat khusus expats. Sungguh pemburu dollar. Kalau pengalaman dengan pemburu penis, dialami oleh temen saya dengan sukses kemaluannya disenggol-senggol *secara sengaja* oleh mbak-mbak pemijat di sebuah tempat pijat dekat gedung standard chartered di daerah Sudirman. Hmm udah bayar mahal, dapatnya disenggol doang.

Persis di pintu keluar kost saya juga ada, ada sepasang suami istri pemijat yang sombongnya luar biasa, nggak mau dipanggil ke kost. Padahal dari pintu kost saya ke dalam nggak sampe 20 meter. Mungkin ilmu si pemijat hilang kalau keluar dari rumahnya.

Tapi,dari semua tukang pijat yang saya tahu, saya hanya penasaran dengan “bisnis pijat Sant***”. Tempat pemijatan plus-plus. Menurut seorang teman, kita bisa memilih massagers-nya dari foto-foto yang dijejerin di ruang tunggunya. Hmmmm…aneh banget.

Bagaimana dengan anda? Doyan Pijat?

Diambil dari : http://ailtje.multiply.com/journal/item/182/Macam-macam_Pijatan_Dalam_Hidup_Saya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar